Rabu, 16 September 2015
DISKRIPSI DAERAH ASAL
REOG TULUNGAGUNG BUDAYA KHAS TULUNGAGUNG
Arti Reog
Tidak ada dalam Kamus Sansekerta atau Jawa Kuno/Kawi yang bisa menjelaskan arti kata Reog. Pun dalam Prasati atau Lontar-Lontar Kuno tak ada yang menyebut Kata Reog. Kata Reog itu juga merupakan kata yang asing bagi masyarakat sekarang. Kata Reog bagi masyarakat Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung dan sekitarnya mungkin sudah lama didengar bahkan sebelum Indonesia lahir dan mungkin hanya di daerah 3 Kabupaten tersebut dan sekitarnya yang pertama mendengar dan mengucapkannya. Trenggalek adalah Kabupaten yang dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung(Ngrowo). Jadi kiranya akan lebih obyektif orang Trenggalek untuk mengartikan atau menilai kata Reog yang ada di Ponorogo dan Tulungagung yang akan penulis bahas ini, daripada orang di daerah kedua Kabupaten tersebut. Kesenian Reog di Indonesia hanya ada di kedua Kabupaten tersebut namun berbeda bentuk dan model tariannya. Berangkat dari dua kesenian Reog yang berbeda tersebut penulis berpendapat , Reog adalah kesenian rakyat yang berbentuk tarian dan diiringi gamelan Jawa kemudian ditarikan beramai-ramai oleh orang biasa atau prajurit kerajaan. Fungsi awal dari kesenian ini sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap penguasa dan juga hiburan bagi rakyat. Berbeda dengan kesenian Kuda Lumping atau Jaranan/Jaran Kepang(orang Jawa Timur) yang pada awalnya berfungsi sebagai Ritual untuk Minta Hujan, Keselamatan, Pengobatan dan sebagainya.
Asal-Usul dan Sejarah Reog
Sampai sekarang penulis belum menemukan catatan sejarah sejak kapan Kata Reog digunakan. Kata Reog ada seiring dengan kesenian tersebut ada. Seperti tulisan di atas, Kata Reog tidak ada dalam Kamus Sansekerta atau Jawa Kuno/Kawi. Juga dalam Prasasti atau Lontar-Lontar Kuno peninggalan masa lalu. Kata Reog ada seiring perkembangan masyarakat khususnya masyarakat Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung dan sekitarnya. Tak ada yang tahu siapa pencipta pertama kali Kata Reog. Dia ada dengan sendirinya dan akan hilang jika sudah masanya.
Namun apa salahnya kita berpendapat dan benar atau salah hanya waktu yang bisa menjawabnya. Siapa tahu pengetahuan ini berguna bagi siapapun yang membutuhkannya. Sebelum sampai pada kesimpulan Asal Usul Dan Sejarah Reog, terlebih dahulu kita harus tahu cerita atau sejarah dari kedua Reog yang penulis bahas. Hal ini berguna sebagai bahan perbandingan.
Sejarah Reog Tulungagung
Reog Tulungagung merupakan produk kesenian asli dari prajurit-prajurit Majapahit karena dari busana yang dikenakan sampai sekarang adalah ciri-ciri Majapahit. Ada Supit Urang, Merah Putih, dan itu adalah lambang-lambang Kerajaan Majapahit. Wilayah Tulungagung atau dahulu Jaman Majapahit dikenal dengan nama Boyolangu merupakan tempat pendadaran atau latihan prajurit-prajurit Majapahit. Tulungagung adalah tempat tinggal dan terbunuhnya Pangeran Kalang Putra Raja Brawijaya dari Selir atau Jaman dahulu disebut Lembu Peteng. Singkat cerita setelah para prajurit latihan perang dan untuk mengurangi kepenatan maka diciptakanlah sebuah kesenian Reog yang dimainkan oleh para prajurit dan diiringi gamelan. Berbeda dengan Reog Ponorogto, Reog Tulungagung memainkan Gendang yang berbeda-beda ukurannya dan ditabuh/dipukul berirama oleh 6 orang atau lebih dengan menari-nari. Semakin kencang pukulan Gendang maka permainan semakin ramai. Tujuan awal dari kesenian ini adalah murni hiburan bagi prajurit Majapahit yang kelelahan dari latihan atau sehabis berperang. Dari ini akhirnya berkembang menjadi kesenian rakyat dan menyebar ke seluruh wilayah Tulungagung dan sekitarnya.
Sejarah kedua Reog tersebut kiranya bisa memberi gambaran kepada kita, sejak kapan kata Reog muncul dan berkembang. Menurut penulis kata-kata Reog ada dan muncul sejak jaman Majapahit. Entah apakah sudah ada sejak Pra Majapahit atau sejak berdirinya Kerajaan Majapahit yang jelas kata-kata Reog sudah ada sebelum kata-kata Indonesia ada. Reog hadir dari rakyat dan tetap akan hadir bersama rakyat sebagai sebuah budaya perlawanan dan hiburan yang lahir dari hati nurani rakyat Jawa. Seperti pepatah, Jangankan Manusia,Cacing-pun akan menggeliat Jika Diinjak….Reog adalah Budaya yang lahir dari kondisi sosial pada jamannya..
SUMBER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kerren
BalasHapus